Selasa, 30 Juni 2009

my OWN tears

Pernah terlintas untuk melepas semuanya.
Kehidupanku, Prinsipku, Citaku, Anganku, hanya untuk melihat takkan ada lagi air mata yang akan mengalir dari wajah orang-orang didekatku.
Aku bahagia dalam tangisku akan kemalangan yang terjadi dalam hidupku, asalkan semua orang yang berada didekatku dapat hapuskan duka dan air mata dalam hidupnya.
Namun, aku sungguh merasa mati saat tak lagi orang membutuhkan diriku untuk dapat berguna bagi orang lain lagi.
Aku benci dikasihi terlebih dikasihani, karena akan membuat diriku merasa lemah dan akan hanya merasa tak berguna hingga hanya terus dapat meneteskan air mata yang dalam kenyataannya adalah hal yang aku paling benci dapati ’itu’ di dekatku.
Baru saja aku merasakan segala bahagia itu dalam hidupku, aku jatuh sakit berulang kali karenanya, namun aku justru BANGGA!

Aku akan melakukan apapun, menyerahkan apa yang aku miliki kepada setiap orang yang membutuhkan.
Dan aku PASTI akan merasa sangat bangga.
AKU SUNGGUH BENCI, dikasihi terlebih dikasihani.
Hidupku bukan untuk bahagia atas kehidupan pribadi.
Sudah cukup aku dapatkan banyak pelajaran, yang sungguh membuat diriku terpuruk karena merasa tak berarti bagi siapapun.
Hidupku untuk dunia, bukan duniaku!!

Aku tau mereka juga menyayangi diriku, hingga membuat perlindungan sebegitu tebalnya untukku.
Namun aku sungguh sedih mendapatinya.
Kuanggap mereka telah kehilangan kepercayaan akan kemampuanku untuk dapat menyelesaikan sesuatu.
Aku sungguh merasa tak berguna.
Tak ada yang pernah berhasil dalam hidupku, maksudnya BENAR-BENAR berhasil.
Banyak orang bilang aku MAMPU melakukan semua hal yang aku sendiri menyangkalnya bahwa aku memiliki kemampuan tersebut.
Namun aku terus menyangkali ’pemberian’ dari Tuhan tersebut.

Sungguh sedih rasanya, saat orang-orang,
yang sungguh kurasa BERKAH ada di dekat mereka.
Justru mereka hanya melihatmu dari sudut kemalangan.
Mungkin salahku juga, terlalu membuka diri kepada orang lain.
Hingga orang lain mengetahui luka yang kumiliki dalam hidup ini.
Aku sungguh terluka akan kemalangan yang kualami bahkan sejak usia yang sangat belia, dimana aku terpaksa harus benar-benar menjalani hidup mandiri.
Yang mungkin kala itu belum sanggup atau memang tak seharusnya anak seusaiaku memikul beban itu, SENDIRI!
Namun, aku TETAP DISINI, HIDUP dan BAHAGIA.
Dengan caraku tentunya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar